Jakarta, CNN Indonesia

Boeing mencatat kerugian US$388 juta atau setara Rp6,28 triliun (asumsi kurs Rp16.209 per dolar AS) atau US$1,13 per saham pada kuartal I-2024.

Kerugian ini sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama, yakni sebesar US$440 juta atau Rp7,13 triliun.

Hal ini terjadi saat raksasa dirgantara Amerika Serikat (AS) tersebut dirundung sejumlah insiden yang melibatkan sejumlah lini terlarisnya, seperti 737 MAX, 777, dan 787 Dreamliner.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menukil CNN, pihak perusahaan menjelaskan bahwa perbaikan masalah-masalah yang menerpa Boeing bakal menghambat pemulihan keuangannya. Salah satunya terkait kompensasi kepada pelanggan maskapai penerbangan atas larangan terbang pesawat 737 MAX 9, yang mencapai US$443 juta atau Rp7,18 triliun.

Kerugian US$388 tersebut jauh lebih kecil dari perkiraan analis sebesar US$1,63 per saham pada periode tersebut. Namun, peningkatan tersebut berasal dari luar unit pesawat komersial utamanya, di mana kerugian dari operasi meningkat hampir dua kali lipat menjadi US$1,1 miliar atau Rp17,83 triliun.

Lebih rinci, perusahaan melaporkan pendapatan anjlok US$1,4 miliar (Rp22,69 triliun) atau 8 persen menjadi US$16,6 miliar atau Rp269,11 triliun. Hal ini dikarenakan masalah-masalah tersebut mengakibatkan penurunan tajam dalam pengiriman jet ke pelanggan maskapai penerbangan.

Diketahui, perusahaan mendapatkan sebagian besar uangnya dari penjualan pesawat komersial hanya pada saat pengiriman ke pelanggan.

Sayangnya, hasil kinerja perusahaan yang sedikit lebih baik ini tidak cukup untuk menebus perusahaan yang tengah berjuang menghadapi pertanyaan dari sejumlah pihak terkait kualitas dan keamanan pesawatnya.

Boeing tak hanya berjuang untuk memperbaiki reputasinya yang hancur lebur, tetapi juga untuk memuaskan para pelanggan maskapai penerbangan yang dirugikan lantaran tidak menerima pesawat yang telah dijanjikan.

Pihak perusahaan mengatakan bahwa mereka mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki masalah kualitas. Namun, perbaikan tersebut akan terus menyebabkan kerugian tambahan dan target pengiriman yang terlewat di bulan-bulan mendatang.

Oleh sebab itu, perusahaan bakal memproduksi lebih sedikit jet 737 MAX daripada yang direncanakan semula untuk sisa tahun ini karena mencoba memperbaiki masalah pada jalur perakitannya. Kemudian produksi 787 Dreamliner yang lebih besar juga akan dibatasi oleh masalah pemasok.

“Kami akan meluangkan waktu yang diperlukan untuk memperkuat sistem manajemen kualitas dan keselamatan kami, dan pekerjaan ini akan memposisikan kami untuk masa depan yang lebih kuat dan lebih stabil,” ujar CEO Boeing Dave Calhoun.

Perusahaan mengatakan bahwa hasil tersebut dirugikan oleh kompensasi kepada pelanggan maskapai penerbangan atas larangan terbang jet 737 MAX 9 selama tiga minggu. Hal ini menyusul insiden di mana sumbat pintu terlepas dari penerbangan Alaska Airlines dan meninggalkan lubang terbuka di sisi pesawat tak lama usai lepas landas.

Calhoun yakin bahwa Boeing akan mampu melakukan perubahan yang diperlukan untuk kembali ke profitabilitas untuk pertama kalinya sejak 2018. Namun, ia mengatakan perubahan yang akan dilakukan akan menunda jangka waktu untuk kembali menghasilkan keuntungan.

“Meskipun upaya ini akan memperlambat waktu pemulihan kami, kami sekarang melihat titik-titik bukti yang memberi kami keyakinan bahwa kami akan mulai stabil dan meningkatkan kinerja di masa mendatang,” ujar dia.

Perusahaan mengaku tak akan memberikan prediksi berapa kerugian yang dialaminya tahun ini atau kapan tepatnya perusahaan bakal memperoleh keuntungan.

[Gambas:Video CNN]

Calhoun mengatakan bahwa perusahaan yakin dengan tujuannya untuk menghasilkan arus kas positif sebesar US$10 miliar per tahun, meskipun ia mengaku perusahaan kini ingin melakukannya di akhir 2025-2026 yang sudah ditetapkan sebagai target.

“Kami benar-benar berkomitmen untuk melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan regulator kami, pelanggan kami, dan yang paling penting, karyawan kami dan publik 100 persen yakin dengan Boeing,” katanya.

“Penting bagi karyawan dan para pemangku kepentingan kami untuk memahami betapa menjanjikannya masa depan Boeing. Permintaan di seluruh portofolio kami tetap sangat kuat. Karyawan kami adalah kelas dunia. Ada banyak pekerjaan di depan kami, tetapi saya bangga dengan tim kami dan tetap percaya diri dengan masa depan kami.”

Saham Boeing yang telah kehilangan 35 persen sepanjang tahun ini turun 3 persen pada perdagangan Selasa (23/4) sore waktu setempat.

Setidaknya dalam lima tahun terakhir, Boeing telah mengalami serangkaian kerugian dan masalah dengan kualitas pesawatnya.

Seluruh pihak mengatakan bahwa perusahaan telah melaporkan kerugian operasional inti sebesar US$31,9 miliar atau Rp517,07 triliun sejak dimulainya larangan terbang pada 2019.

Namun, perusahaan melaporkan rekor pesanan pada Desember, yang merupakan salah satu tahun terbaiknya dalam hal penjualan jet komersial.

Pengiriman juga mencapai titik tertinggi dalam lima tahun terakhir, bahkan melaporkan laba operasional inti yang jarang terjadi sebesar US$90 juta atau Rp1,45 triliun untuk kuartal IV-2023. Perusahaan ini juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi 737 MAX sepanjang 2024 untuk kembali ke profitabilitas yang berkelanjutan.

(del/agt)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *